Minggu, 03 Januari 2010

STRATEGY PERANG GENGHIS KHAN
UNTUK MEMENANGKAN PERTEMPURAN
OLEH :
KOLONEL LAUT ARIEF MUCHTAROM, S.E


PROGRAM PENDIDIKAN PASCASARJANA
SEKOLAH STRATEGI PERANG SEMESTA
TA. 2009-2010
STRATEGI PERANG GENGHIS KHAN
UNTUK MEMENANGKAN PERTEMPURAN”
(Studi Kasus Invasi kerajaan Khawarizmi)

1. Latar Belakang.
Pada dasarnya kata strategi sering kita mendengar dalam istilah militer, karna kalangan militer sejak jaman perang dunia I dan perang dunia II telah menerapkan untuk mencapai suatu tujuan operasi militer. Sebelum lebih dalam menelisik tentang strategi dan perang, maka akan dijelaskan terlebih dahulu arti kata “strategi” secara etismologi berasal dari kata majemuk bahasa Yunani, yaitu Strategos yang mengartikan arti sempit sebagai “seni yang umum”. Sedangkan kata strategi yang dipergunakan di kalangan militer diartikan sebagai berkaitan dengan perencanaan melakukan kampanye gerakan dan disposisi kekuasaan, serta penipuan dari musuh. Peperangan yang terjadi di seluruh belahan dunia dari jaman dulu hingga sekarang menggunakan teori teori strategi yang telah ada. Maka pada penjelasan berikutnya akan di definisikan arti Strategy dari beberapa pendapat ahli.
Strategi perang dalam memenangkan pertempuran merupakan tujuan yang harus tercapai manakala perencanaan awal dan pelaksanaan berjalan dengan baik, maka kemenangan akan selalu diraih. Pada topik yang akan dibahas akan di fokuskan pada strategi perang yang telah diterapkan oleh Genghis Khan dalam beberapa pertempuran dengan hasil kemenangan yang gemilang. Panglima perang Genghis Khan sebagai pemimpin yang dapat menyatukan bangsa Mongol yang pada saat itu terjadi perselisihan dan peperangan antar suku, namun berkat kepemimpinan Genghis Khan maka seluruh bangsa mongol dapat disatukan menjadi bangsa yang kuat dan disegani pada jamannya.
Merupakan prestasi yang spektakuler bahwasanya dari seorang Genghis Khan semasa hidupnya menjadi orang buangan dan mengalami pahitnya hidup yang ditinggal orang tua dan istri diculik oleh gerombolan bangsa mongol. Berkat kerja keras dan kegigihan, kedisiplinan dan kepemimpinan yang kuat, maka dapat melewati masa yang paling sulit dan mampu mempersatukan seluruh bangsa Mongolia. Genghis Khan dapat merubah gerombolan-gerombolan berkuda bangsa mongol menjadi mesin tempur yang kejam dan disiplin, membentuk pasukan dengan strategi dan taktik dalam setiap pertempuran dan dapat memanfaatkan segala kekuatan yang ada dari persenjataannya. Kejeniusan dan karakter yang kuat dari seorang Genghis khan setiap melakukan ekspansi ke negara lain kesuksesan yang diperoleh dalam menguasai dan menduduki, sehingga hasil kerja kerasnya memiliki kekuasaan kekaisaran yang terbentang meliputi hampir separuh daratan bumi dari Asia hingga Eropa timur.

2. Penggunaan Teori Strategi.
Panglima perang Bangsa Mongol yang bernama Genghis Khan sejak muda telah mempelajari teknik perang dan strategi, berkat gemblengan yang matang setelah melewati masa gemblengan itu, maka menjadikan dia ahli peperangan dan strategi. Teori teori yang dipelajarinya seperti Teori Sun tzu yang mengatakan bahwa" Dalam semua perkelahian, metoda langsung dapat dipergunakan untuk mengadakan pertempuran, tetapi metoda tidak langsung akan diperlukan untuk menjamin kemenangan itu, maka jalan terbaik ialah dengan cara merebut negeri musuh dalam keadaan utuh, dan menawan tentara musuh tanpa menghancurkannya serta mematahkan perlawanan musuh tanpa melaksanakan perkelahian. Untuk mencapai hasil yang demikian itu, maka dibutuhkan seorang panglima yang ulung. Seorang panglima dikatakan ulung dalam serangan bila lawannya tidak tahu apa yang harus dipertahankan, dan dia ulung dalam pertahanan bila lawannya tahu apa yang diserang.

Berbeda pula Karl Von Clausewitz (1780-1831). Mengatakan "Strategi adalah ajaran tentang penggunaan pertempuran untuk mencapai tujuan perang dan taktik adalah ajaran tentang penggunaan angkatan perang dalam pertempuran. Dengan definisi ini tergambar bahwa Clausewitz sebenarnya mempersempit arti strategi, yaitu terbatas pada penggunaan pertempuran semata-mata, serta selanjutnya memberikan wawasan, bahwa hanya pertempuranlah alat mencapai tujuan perang dan merupakan alat satu-satunya bagi strategi. Strategi menggariskan rencana perang dalam (1) menentukan tujuan, (2) menentukan rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan, (3) mengarahkan kampanye, dan (4) sarana pertempuran yang harus dilaksanakan dalam tiap kampanye.

Menurut ahli strategi pendiri cina Mao Tse Tung. Mengatakan : "Ilmu Strategi berhubungan dengan hukum yang mengatur situasi perang sebagai suatu keseluruhan. Ilmu kampanye berhubungan dengan hukum yang mengatur kampanye dan diapilkasikan dalam kampanye. Ilmu taktik berhubungan dengan hukum yang mengatur pertempuran diaplikasikan dalam pertempuran. Dalam hubungan strategi dan taktik, Selanjutnya Mao tse Tung mengatakan : "Strategi dan taktik mempunyai hubungan dengan ruang dan waktu, dan memainkan peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan perang berlarut dan atau gerilya. Waktu dan ruang harus dapat digunakan untuk menciptakan situasi perang yang menguntungkan. Situasi perang, sebagai keseluruhan dapat meliputi seluruh dunia, seluruh negara atau suatu kawasan gerilya berdiri sendiri. Tugas ilmu strategi ialah mempelajari kaidah perang, untuk mengarahkan perang yang meliputi suatu situasi perang sebagai keseluruhan, sedangkan tugas ilmu kampanye dan ilmu taktik mempelajari kaidah perang untuk mengerahkan perang yang meliputi sebagian dari situasi itu. Dari sini dapat diperoleh gambaran bahwa perbedaan antara strategi, kampanye dan taktik hanya terletak pada ruang lingkupnya saja.
Beberapa teori antara yang satu dengan yang lain memilki beberapa pandangan ,namun pada intinya memiliki satu tujuan yang sama adalah mencapai tujuan dengan berbagai cara dengan segala pengerahan kekuatan dan pemanfaatan sumber daya yang ada. Perang yang terjadi memiliki motif yang berbeda beda walaupun perang tidak serta merta terjadi, namun adanya keputusan politik seperti yang di katakana oleh Karl Von Clausewitz “perang adalah kelanjutan dari politik oleh cara cara lain” dan seterusnya. Sedangkan menurut Webster,s Dictionary adalah keadaan terbuka dan diumumkan, berseteru konflik bersenjata antara negara atau bangsa atau masa seperti konflik. Dampak dari perang itu sendiri mengakibatkan adanya pihak yang menang dan kalah, namun tidak terlepas dari yang mendasar adalah korban jiwa dan harta.
Karl Von Clausewitz mengatakan, “Setiap jaman memiliki jenis perangnya sendiri, batasan kondisinya sendiri, dan perkiraannya sendiri”. Perang tidak terbatas hanya pada manusia ; Semut terlibat dalam konflik yang besar antara binatang yang mungkin disebut sebagai perang, dan kelompok simpanse akan terlibat satu sama lain dalam suku seperti peperangan. Secara teori bahwa spesies lain yang juga terlibat dalam perilaku yang serupa, meskipun hal ini tidak didokumentasikan dengan baik. Sun Tzu “mengatakan bahwa peperangan adalah masalah negara yang terbesar, dasar dari mati atau hidup, jalan menuju survival atau kepunahan”. Maka harus sepenuhnya direnungkan dan dianalisa.

John G. Stoessinger. Dalam bukunya Why Nations Go to War, dia mengatakan bahwa kedua belah pihak akan mengklaim, bahwa moralitas membenarkan perjuangan mereka. Dia juga menyatakan bahwa alasan untuk memulai perang tergantung pada penilaian yang sangat optimis dari hasil permusuhan (korban dan biaya), dan terhadap salah tafsir niat musuh. Dalam War Before Civilization , Lawrence H. Keeley, sorang professor pada University of Illinois, mengatakan bahwa sekitar 90-95% yang diketahui sepanjang sejarah keterlibatan manusia, setidaknya pernah berperang, dan kebanyakan selalu berperang. Di Eropa Barat, sejak akhir abad ke-18, lebih dari 150 konflik dan sekitar 600 pertempuran telah terjadi.

Seperti telah dijelaskan diatas mengapa negara harus berperang yang terjadi diberbagai belahan dunia, selain memiliki kepentingan negaranya untuk mengagresi .menguasai wilayah dan menguasai sumber kekayaaan negara yang telah di aneksasi. Dari peperangan terjadi dapat di analisa dari strategi perang yang digunakan oleh masing masing pemimpin untuk memenangkan perang itu sendiri. Masih menjadi legenda yang tidak dapat dilupakan panglima perang Genghis Khan dari bangsa Mongolia yang telah menguasai seluruh daratan Eropa, Afrika dan Asia pada jamanya. Bangsa yang terkenal disebut bangsa Barbar karna kekejamannya terhadap korban, maka pada kesempatan ini akan ditelisik bagaimana sejarah dan sepak terjang dari seorang Genghis Khan menerapkan strategi perangnya dalam memenangkan setiap pertempuran.

3. Sejarah Genghis Khan.

Jenghis Khan juga dieja Genghis Khan, Jinghis Khan, Chinghiz Khan, nama asalnya Temüjin, juga dieja Temuchin atau TiemuZhen, (sek. 1162 - 18 Agustus 1227) Jenghis Khan dilahirkan dengan nama Temüjin sekitar tahun 1162 dan 1167, anak sulung Yesügei, ketua suku Kiyad (Kiyan). Sedangkan nama keluarga dari Yesügei adalah Borjigin (Borjigid). Temujin dinamakan seperti nama ketua musuh yang ditewaskan ayahnya. Temujin lahir di daerah pegunungan Burhan Haldun, dekat dengan sungai Onon dan Herlen. Ibu Temujin, Holun, berasal dari suku Olkhunut. Kehidupan mereka berpindah-pindah layaknya seperti penduduk Turki di Asia Tengah. Saat Berumur 9 tahun, Temujin dikirimkan keluar dari sukunya karena ia akan jodohkan kepada Borte, putri dari suku Onggirat. Ayah Temujin, Yesugei meninggal karena diracuni suku Tartar tepat pada saat ia pulang setelah mengantar Temujin ke suku Onggirat.
Temujin dipanggil pulang untuk menemui ayahnya. Yesugei memberi pesan kepada Temujin untuk membalaskan dendamnya dan menghancurkan suku Tartar di masa depan. Kehidupan Temujin bertambah parah setelah hak kekuasaannya sebagai penerus kepala suku direbut oleh orang lain dengan alasan umur Temujin yang masih terlalu muda. Temujin dan keluarganya diusir dari sukunya karena ia ditakuti akan merebut kembali hak kekuasaannya atas suku Borjigin. Hidup Temujin dan keluarganya sangat menderita. Dengan perbekalan makanan yang sangat terbatas, Ia dan adik-adiknya hidup dengan cara berburu. Pada saat ia menginjak remaja, kepala suku Borjigin mengirimkan pasukan untuk membunuh Temujin.
Temujin berhasil tertangkap dan ditawan oleh musuhnya, namun ia berhasil kabur dari tahanan dan dengan pertolongan dari orang-orang yang masih setia kepada Yesugei. Pada saat menginjak dewasa, Temujin berjuang dan mengumpulkan kekuatannya sendiri. Temujin mempunyai teman baik yang juga merupakan saudara angkatnya, yang bernama Jamukha. Ia pernah berkali-kali ditolong oleh Jamukha, yang merupakan keturunan dari suku Jadaran. Bersama-sama dengan saudara angkatnya, Temujin berhasil merebut kembali hak kekuasaannya atas sukunya dan juga perserikatan Mongolia yang didirikan ayahnya dahulu.

Perjalanan waktu yang panjang pada akhirnya wilayah Temujin menjadi semakin besar, yang dilakukan dengan cara menghancurkan musuh-musuhnya dan menggabungkan suku-suku dalam perserikatan Mongolia. Musuh terbesar Temujin dalam sejarah ternyata adalah saudara angkatnya sendiri, Jamukha yang sering mengadu-domba Temujin dengan suku-suku lainnya, termasuk ayah angkat Temujin sendiri yang bernama Wang Khan. Setelah Temujin berhasil menyisihkan musuh-musuhnya dan melaksanakan perintah almarhum ayahnya, Yesugei, ia kemudian juga berhasil membalaskan kematian nenek-moyangnya, yang dibunuh oleh kerajaan Jin. Temujin kemudian diangkat menjadi Khan dengan gelar Jenghis Khan; yang artinya "Khan dari Segala-galanya".

4. Invasi Kerajaan Khawarizmi.

Pada tahun 1218, Syah dari Khwarizmi menerima utusan dari Kekaisaran Mongol untuk mengadakan perjanjian yang saling menguntungkan yaitu membuka jalur sutra yang menghubungkan Cina dan Eropa, sebagai tali ikatan kekaisaran Mongol memberikan hadiah. Kekaisaran Syah ini memiliki kerajaan yang besar termasuk Iran modern dan sebagian besar Afghanistan. Merupakan momentum yang baik untuk meningkatkan perdagangan antara kedua kekaisaran, dengan ditanda tangani perjanjian diantara kedua kerajaan untuk kerja sama bidang perdaganagan. Delegasi dari kerajaan Mongol dengan maksud untuk membeli barang-barang mewah yang berada didaerah kekaisaran Syah yaitu sebuah kota di sudut timur laut. Niat untuk berdagang dan belanja menjadi awal suatu peristiwa perang, wilayah yang menjadi tempat melancong delegasi merupakan kekuasaan Gubernur Ottrar, namun apa yang terjadi, diduga kedatangan mereka melakukan mata mata. Gubernur Ottar mencurigai adanya orang-orang dan dianggap menjadi mata-mata dan mereka telah membunuhnya dan menyita barang-barang mereka.

Genghis Khan mendengar akan kejadian adanya penangkapan dan pembunuhan, maka dia mengirimkan seorang duta besar, dikawal oleh dua prajurit untuk menghadap kepada Syah dan menuntut permintaan maaf. Permintaan itu sendiri memiliki arti bahwa kedua kerajaan berada pada posisi yang setingkat/setara, namun yang terjadi adalah Syah memenggal kembali utusan duta besar Mongol dan mengirimkan kembali kepada Genghis Khan. Hal ini yang menandakan bahwa perselisihan semakin tajam, sehingga terjadinya invasi kekerajaan syah dan mendeklairkan adanya perang.

Beberapa peristiwa diatas menandakan akan terjadinya balasan serangan oleh Genghis Khan yang berarti terjadinya peperangan antara kedua kekaisaran,yang semula ingin membuat perjanjian perdagangan, malah sebaliknya terjadi pertempuran. Mereka memiliki kekuatan yang tidak berimbang Syah memiliki pasukan Kavaleri dari Turki yang terlatih, lebih dari 400.000, dan dua kali ukuran musuh mereka(Prajurit Mongol 20.000). maka ambisinya untuk mengalahkan bangsa Mongol dan mengambil alih kerajaan mereka.

Melihat permasalahan diatas terjadi peperangan yang disebabkan adanya pembunuhan oleh Gubernur ottrar kepada delegasi kekaisaran Genghis Khan yang akan belanja di wilayah kaisar Syah. Dugaan adanya kegiatan mata mata dan pemengalan kepala delegasi yang diutus Genghis Khan untuk menuntut permintaan maaf dari kekaisaran Syah, namun bukannya mendapat jawaban maaf akan tetapi pengiriman kembali kepala delegasi Genghis Khan yang diutusnya, dampak dari semua ini menimbulkan deklaire perang dan permusuhan. Kedua kekaisaran telah menyiapkan diri dan akan menggunakan segala strategy yang dimiliki, mereka akan menggunakan strategy dihadapkan pada tempat, kekuatan dan moril untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien , maka pada kesempatan ini akan di analisa dari pertempuran sesuai dengan teori strategi.

5. Analisa Teori Strategi Perang (Teory war and Strategy).

Teori Sun Tzu mengatakan :Secara umum seperti halnya akan menyerang musuh, menyerang kota atau akan membunuh orang, anda pertama-tama harus tahu nama komandan musuh yang bertahan, asistennya, staf, penjaga pintu & hadirin. Anda harus mengirim mata-mata untuk mengatur & mempelajari mereka semua Adapun penerapannya pada peristiwa sebagai berikut: Panglima perang Genghis Khan telah mempelajari dan mengalisa daerah musuh untuk mengetahui kekuatan, daerah dan pemimpinnya untuk mengadakan konsolidasi dan strategi penyerbuan daerah sasaran. Beberapa bulan kemudian, bataliyon Mongol muncul di utara, tanpa sepengetahuan mereka dan menyerang kota dan menangkap Gubernur Otrar. orang yang memulai peristiwa ini, dan membunuhnya kemudian kepalanya di penggal kemudian menuangkan perak cair ke dalam mata dan telinganya.
Frederick mengatakan :Pekerjaan utama seorang jenderal di kantornya merancang suatu operasi dan menggabungkan ide-ide untuk membuat perencanaan penyerangan pada musuh, mengantisipasi mereka, dan menjaga musuh terganggu. Seorang jenderal harus aktif dan melihat bahwa apa yang diperintah dijalankan dan melihatnya sendiri. Dia harus mengamati musuh, perkemahan dan semua penjaga mereka dan sering berjalan di garis medan pertempuran untuk membiasakan diri dengan medan pertempuran. Penerapan yang dilakukan oleh: Genghis Khan telah menerapkan prinsip teori ini, dengan mengumpulkan pemimpin pasukan di medan pertempuran untuk membuat suatu perencanaan dan pelaksanaan yang matang. Mengumpulkan data kekutan daerah lawan dan pemimpinnya setelah diketahui, maka penyerangan dilakukan dengan keberhasilan menawan Gubernur Ottar.

Teori Sun Tzu mengatakan disposisi tentara adalah seperti air, menghindari ketinggian & meluncur ke bawah. Dan tentara menghindari musuh substansial & menyerang kekosongan musuh. Sedangkan menurut Karl Von Clausewitz Dalam General Principles untuk Offense”kami harus menyerang satu titik dari posisis musuh yang terdiri dari pasukannya, divisi dan sebuah korps dan menyerang dengan keunggulan besar, sehingga membuat ketidak pastian musuh, maka mendapatkan keuntungan dan peluang keberhasilan didapatkan”. Hal ini diterapkan pada penyerangan pasukan Mongol pada selatan Otrar dan bergerak sejajar dengan Syr Dar'ya lalu membagi kekuatannya menjadi dua, pasukan satu mulai menyerang kota-kota penting di sepanjang sungai dan menghilang sedangkan yang lain berada di selatan. Tentara pertama menyapu bukit dan dataran rendah dekat sungai. Dengan kekuatan (20.000) akan tetapi pasukan menerapkan dengan serangan dadakan sebagai unit mobile menghantam satu posisi lain. Keberhasilan ini didapat karna peluang besar di dapatkan dengan cara membuat tidak kepastian musuh, sehingga mereka kehilangan control, kesempatan inilah digunakan oleh pasukan Genghis Khan.

Teori Sun Tzu (kekosongan dan substansi) mengatakan untuk mempengaruhi gerak maju musuh, serang tempat kosong agar mempengaruhi gerak mundur yang tidak dapat dikejar dengan menggunakan kecepatan yang tidak tertandingi. Penerapannya dapat dilihat pada peristiwa Pasukan Genghis Khan menyerbu pasukan Syah dari segala penjuru, sehingga mereka terpecah belah kondisi ini dimanfaatkan oleh pasukan Genghis Khan untuk menyerang seketika dan mundur untuk konsolidasi lagi. Pasukan syiah menjadi kewalahan dengan serangan muncul dan menghilang situasi seperti ini membuat frustasi dan tidak menentu akhirnya dalam kuru waktu 3 bulan pasukan Syiah dapat dikalahkan. Lebih mengejutkan lagi ketika pemimpin pasukan Syiah menerima laporan, Bahwa Bukhara dan kota Samarkand sudah dikuasai oleh Genghis Khan.

Teori Sun Tzu (kekosongan dan substansi) mengatakan:untuk menjelajah ribuan kilometer tanpa lelah, lintasi medan yang tidak diduduki dan menjamin target di kuasai, serang posisi musuh yang tidak di pertahankan.agar menjamin pertahanan yg tidak dapat di tembus, kuasai posisi yang musuh tidak akan menyerang,Sedangkan pada kutipan Karl Von Clausewitz dalam General Principles offence menyatakan “walaupun pasukan kita kuat tetap melakukan pada serangan satu tiitk dan pasukan membutuhkan keunggulan fisik dan moral dan untuk memutus musuh agar mundur dari satu tititk, maka kondisi ini sudah memperoleh kesuksesan besar”. Teori ini diterapkan oleh Genghis Khan dengan cara asumsi yang salah dari pasukan Syah walaupun mereka memiliki Kaveleri dari Turki, lebih dari 400.000, dan dua kali ukuran musuh mereka. Mereka beranggapan bangsa Mongol akan menyerang Transoxiana, bagian paling timur dari kekaisaran shah.. Daerah ini dibatasi oleh 500 mil panjang Sungai Syr Dar'ya di timur, dan Kum Kizil Gurun di utara, dan Sungai Amu Dar'ya di barat, Mereka tidak bisa datang dari utara gurun karena dianggap tidak bisa dilewati dan rute selatan akan terlalu konyol bila jalan memutar,namun yang terjadi pasukan mongol bergerak tanpa diduga oleh pasukan Syah justru dari arah selatan.

Teori Sun Tzu serangan pembakaran mengatakan Di sana ada 5 tipe serangan pembakaran. Pertama untuk menghanguskan prajurit, kedua untuk menghanguskan bekal/sucad, ketiga menghanguskan kereta bekal ulang, keempat menghanguskan kereta perang & kelima menghanguskan formasi.hal ini diimplementasikan dengan Pasukan Mongol mengeluarkan senjata aneh:yaitu anak panah yang dicelupkan ke dalam pembakaran altar yang menciptakan tabir asap di mana, pasukan berkuda maju cepat dan membuka halangan di garis pasukan Syah yang bersenjata lengkap di mana Kavaleri akan maju. Kereta berjalan mondar-mandir di belakang garis Mongol untuk membawa pasokan, dan pasukan Mongol meluncurkan anak panah hingga memenuhi langit. Mereka mengenakan kemeja dengan sutra tebal dan jika panah yang menembus baju, mereka tidak akan mencapai kulit dan dapat diambil dengan menarik baju, dan ini dilakukan dengan penuh sehingga pasukan Syah dapat dilumpuhkan.

.6. Analisa dari sudut pasukan Syah pada peperangan diatas sebagi berikut:
Pasukan Syah terlalu yakin dengan kekuatannya yang melebihi 2 x lipat dari pasukan Mongol dan lupa diri pada kemenangan awal yang berhasil memukul pasukan mongol. Akibat dari .terlalu percaya diri dengan kekuatan yang ada tanpa melihat lagi strategy dari pasukan lawan sangat berbahaya. Hal ini merupakan peluang bagi pasukan mongol untuk mengestimasi awal dan merencanakan sampai dengan penyerangan kembali,sehingga tanpa diduga duga pasukan Mongol telah berada di luar gerbang kota.
Kekaisaran Syah tidak menerapkan strategy perang dari Sun Tzu yang dapat memberikan peluang kemenangan dalam setiap pertempuran,oleh karena itu penerapan teori Sun Tzu the art war of 13 , sangat dibutuhkan. Hal ini dapat diindakasikan dengan perkiraan perkiraan yang tidak akurat, sehingga setiap gerakan tidak diketahui oleh musuh.Barang siapa tahu kapan dapat bertempur & kapan tidak dapat bertempur dan barang siapa tahu bagaimana menggunakan kekuatan besar dan kekuatan kecil.Peperangan bila mengetahui kekuatan sendiri dan kekuatan lawan maka dalam setiap pertempuran pasti memperoleh kemenangan, Hal ini tidak dilakukan oleh pasukan Syah, apalagi medan pertempuran bagi pihak Syah sudah bukan arena baru, oleh karena itu kekalahan yang didapat merupakan kekalahan telak.
Dampak dari korban perang diatas seperti pada kota Bukhara ketika itu diserang beberapa tahun sebelumnya, melihat bagaimana kota kelahiran Imam Bukhari ahli hadis yang masyhur itu diratakan dengan tanah. Tul is Juwayni: “Mereka datang, merusak, menghancurkan, membunuh, memperkosa wanita muda, dan tua, menjarah harta, dan akhirnya pergi dengan tenang dan puas hati.”Demikian gambaran sekilas kebengisan dan teror yang dilakukan tentara Mongol di lebih separo daratan Asia dan Eropa Timur sejak awal hingga pertengahn abad ke-13 M.

Dari akibat perang yang terjadi pada masa lalu belum diatur secara jelas , sepanjang perang terjadi sampai dengan berakhir memakan korban yang tidak sedikit. Masih terlihat korban perang bukanlah kombatan saja, akan tetapi lebih mengenaskan korban wanita dan anak anak yang tidak berdosa diperlakukan sangat keji. Pada kasus perang Genghis Khan yang menguasai daratan Asia hingga Eropa korban diperlakukan tanpa mengenal belas kasihan, sehingga pasukan Genghis Khan terkenal dengan pasukan sadis tanpa perikemanusiaan. Perlunya hukum yang mengatur seperti Jus ad bellum adalah hukum perang yang menjelaskan tentang keputusan politik suatu negara untuk melaksanakan perang, agar perang yang dilakukan tidak melanggar aturan hukum negara bersangkutan maupun hukum internasional. Meskipun istilah "hukum perang" juga dapat dipertimbangkan untuk merujuk kepada jus in bello, yang menyangkut apakah perang yang dijalankan dilakukan dengan adil (tanpa menghiraukan inisiatif permusuhan). Perjanjian internasional membatasi alasan-alasan yang dapat dibenarkan bagi suatu negara untuk menyatakan perang melawan orang lain berkaitan dengan jus ad bellum. Selain perjanjian bilateral non-agresi, di abad keduapuluh terlihat definisi perjanjian-perjanjian multilateral yang sama sekali baru mengenai pembatasan terhadap perang.

4. kesimpulan

a. Dalam setiap pertempuran perlunya estimasi awal,perencanaan perang dan pelaksanaan perang,penggunaan strategy Sun Tzu, telah diterapkan oleh pasokan Mongol, sehingga kemenagan demi kemenangan telah didapati

b. Penerapan kecepatan serangan yang membuat kebingungan dan kepanikan merupakan langkah yang efektif mencapai kemenangan, hal ini merupakan momentum yang paling tepat, karna orang paling takut dengan ketidakpastian dan tidak dapat diprediksi.
c. Membuat musuh menjadi lupa diri pada saat mendapatkan kemenangan, merupakan cara Genghis Khan untuk membuat pasukan syah menjadi alpa dan tidak siap,namun pada serangan berikutnya telah direncanakan dengan matang,sehingga membuat pasukan Syah terkejut dan tidak siap, maka kekalahan dalam pertempuran tidak dapat dielakan lagi. .
d. Genghis Khan adalah panglima perang yang genius kendati pasukan nya tidak cakap dalam bertempur diatas kuda, namun mereka tetap disiplin untuk mengambil kesempatan dalam serangan sekala besar dan satu hal lagi bahwa Genghis Khan dapat mengubah situasi yang kacau dapat dikendalikan dengan kecepatan mengorganisir penyerangan, mereka menggunakan strategy cina kuno lambat lambat cepat cepat”.
e. Dengan diaturnya Hukum Perang dan Hukum Humaniter serta HAM merupakan pembatasan perlakuan terhadap korban perang sekaligus mengatur pula hak azasi manusia, agar tidak terjadi perlakuan yang tidak manusiawi.

KOLONEL LAUT .ARIEF MUCHTAROM.S.E NRP 9232/P

1 komentar: